Setiap sisi lain kehidupan Nabi Muhammad SAW pastinya ingin diketahui orang banyak. Tidak hanya perihal mukjizat menakjubkan yang Yang Mahakuasa karuniakan kepada dirinya, bahkan hal-hal kecil dalam keseharian yang Beliau lakukan, juga selalu menjadi teladan.
Dalam kehidupan rumah tangga misalnya. Semasa hidup, Nabi selalu memperhatikan hal kecil yang membuat orang yang dicintainya bahagia. Tidak perlu mahal, bahkan dengan lomba lari, di tengah perang mencari kalung istri, menjadi serangkaian cerita yang membuat hati wanita masa kini kian iri
Sebagian suami mungkin akan berkata “Aku bukan Nabi, sehingga tidak mungkin mampu melaksanakan hal itu”. Namun faktanya, apa yang dilakukan Rasulullah bukanlah perkara sulit. Bahkan tergolong mudah, murah, namun membuat rasa cinta istri semakin bertambah. Seperti apa romansanya? Berikut kisahnya.
1. Memanggil dengan Sebutan Mesra
Tidak sedikit yang kita jumpai pasangan suami istri memiliki panggilan sayang tersendiri. Namun banyak juga panggilannya berubah dan berkonotasi negatif sehingga menyakiti hati istri. Misalnya ‘ndut’ (gendut), gembrot dan panggilan yang mengarah kepada fisik istri yang sudah tidak secantik dulu.
Namun tidak begitu dengan Nabi Muhammad. Ia begitu mesra memanggil istri-istrinya dengan panggilan sayang. Teruntuk Aisyah ra, Rasulullah SAW memanggilnya dengan sebutan humaira (yang pipinya kemerah-merahan), Rasul juga sering memanggilnya “Wahai Aisy” untuk mengambarkan kemanjaan dan kesayangan.
Istri mana yang tidak bahagia jikalau suaminya lemah lembut memanggilnya dengan panggilan sayang?
Dipastikan tindakan ini akan semakin menumbuhkan rasa cinta istri kepada suaminya. Nah para suami, ayo sekreatif mungkin untuk membuat nama panggilan untuk istri tercinta. Namun pastinya yang bermakna baik biar istri semakin sayang.
2. Lomba Lari dengan Istri
Lomba lari? Mungkin moment ini hanya akan terjadi ketika perayaan 17 Agustus saja. Namun bukan bersama suami, akan tetapi bersama Ibu-ibu komplek. Ya, berlomba lari bersama istri tentu menjadi hal yang cukup asing jikalau dilakukan ketika ini. Sebagian akan menyebutnya tindakan kenakak-kanakkan.
Namun bagaimana mampu dianggap kekanak-kanakkan jikalau orang yang paling tepat di muka bumi melaksanakan ini? Bukankah lebih baik mencontoh dan melihat sendiri bagaimana perubahan sang istri. Kisah perihal lomba lari Rasulullah SAW dengan istrinya dikisahkan oleh Aisyah ra.
Saat itu, Rasul dan Aisyah yang masih gadis dan ramping tengah dalam perjalanan pulang dalam sebuah lawatan. Tiba-tiba, Nabi Muhammad SAW memerintahkan rombongannya untuk berjalan lebih dulu. Setelah rombongan itu meninggalkan keduanya, Rasulullah SAW kemudian mengajak Aisyah untuk lomba lari.
“Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan balasannya saya dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya membisu saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika saya sudah agak gemuk, saya ikut bersama ia dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan biar bergerak terlebih dahulu. Kemudian ia menantangku berlomba kembali. Dan balasannya ia dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad)
Ah, Rasulullah. Teladan mu sungguh membuat iri setiap wanita yang mendengar cerita ini. Semisal ketika ini ada suami yang berjaya, menjadi pemimpin besar dalam sebuah perusahaan, mustahil sekali mampu melaksanakan acara ini.
3. Memanjakan Istrinya
Tidak melulu dengan uang, Rasulullah SAW kerap memanjakan istri-istrinya dengan tindakannya. Rasulullah paham betul bagaimana memperlakukan istri-istrinya sebagai wanita yang perlu dihargai dan dikasihi.
Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyediakan daerah duduk yang empuk dari kain di belakang ia untuk Shafiyyah. Kemudian ia duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut ia dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut ia sehingga dia mampu menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)
Nabi saw biasa memijit-menjepit hidung ‘Aisyah jikalau ia marah dan ia berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni).
Coba jepit hidung istri ketika mereka sedang marah dan tetap bertutur dengan lembut! Bisa tidak?
4. Mandi Bersama
Rasulullah SAW merupakan pemimpin besar yang mampu saja luput akan romansa cinta. Namun pada kenyataannya, istrinya selalu menjadi harta terindah yang meski dengan kejayaan lain yang dimiliki. Salah satu acara Rasul yang mungkin jarang terjadi ketika ini yaitu mandi bersama. Dalam sebuah riwayat, mandi bersama dengan Siti ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan kolam yang sama.
Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu daerah air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.”
(HR Mutafaqun ‘alaih).
5. Mencari Kalung Aisyah yang Hilang
Pada suatu ketika Aisyah ikut dengan Rasulullah dan kaum mukmin melaksanakan perjalanan. Namun di tengah perjanalan Aisyah menyadari jikalau kalungnya hilang. Ternyata Nabi begitu memahami kekhawatiran istrinya. Rasulullah SAW dan rombongan bahkan rela bersusah payah mencari-cari kalung tersebut. Mereka harus tertahan di Dzatul Jaisy, untuk mencari kalung Aisyah.
Bayangkan begitu pengetiannya Rasulullah yang tidak ingin melihat istrinya duka alasannya kehilangan kalung. Tindakan Rasulullah ini bahkan sempat membuat marah rombongannya. Mereka kesal alasannya hanya kalung perjalanan mereka harus terhenti. Namun bagi Nabi, menemukan kalung tersebut memiliki arti yang begitu penting. Yakni, tidak ingin melihat istrinya bersedih.
Dalam kehidupan rumah tangga misalnya. Semasa hidup, Nabi selalu memperhatikan hal kecil yang membuat orang yang dicintainya bahagia. Tidak perlu mahal, bahkan dengan lomba lari, di tengah perang mencari kalung istri, menjadi serangkaian cerita yang membuat hati wanita masa kini kian iri
Sebagian suami mungkin akan berkata “Aku bukan Nabi, sehingga tidak mungkin mampu melaksanakan hal itu”. Namun faktanya, apa yang dilakukan Rasulullah bukanlah perkara sulit. Bahkan tergolong mudah, murah, namun membuat rasa cinta istri semakin bertambah. Seperti apa romansanya? Berikut kisahnya.
1. Memanggil dengan Sebutan Mesra
Tidak sedikit yang kita jumpai pasangan suami istri memiliki panggilan sayang tersendiri. Namun banyak juga panggilannya berubah dan berkonotasi negatif sehingga menyakiti hati istri. Misalnya ‘ndut’ (gendut), gembrot dan panggilan yang mengarah kepada fisik istri yang sudah tidak secantik dulu.
Namun tidak begitu dengan Nabi Muhammad. Ia begitu mesra memanggil istri-istrinya dengan panggilan sayang. Teruntuk Aisyah ra, Rasulullah SAW memanggilnya dengan sebutan humaira (yang pipinya kemerah-merahan), Rasul juga sering memanggilnya “Wahai Aisy” untuk mengambarkan kemanjaan dan kesayangan.
Istri mana yang tidak bahagia jikalau suaminya lemah lembut memanggilnya dengan panggilan sayang?
Dipastikan tindakan ini akan semakin menumbuhkan rasa cinta istri kepada suaminya. Nah para suami, ayo sekreatif mungkin untuk membuat nama panggilan untuk istri tercinta. Namun pastinya yang bermakna baik biar istri semakin sayang.
2. Lomba Lari dengan Istri
Lomba lari? Mungkin moment ini hanya akan terjadi ketika perayaan 17 Agustus saja. Namun bukan bersama suami, akan tetapi bersama Ibu-ibu komplek. Ya, berlomba lari bersama istri tentu menjadi hal yang cukup asing jikalau dilakukan ketika ini. Sebagian akan menyebutnya tindakan kenakak-kanakkan.
Namun bagaimana mampu dianggap kekanak-kanakkan jikalau orang yang paling tepat di muka bumi melaksanakan ini? Bukankah lebih baik mencontoh dan melihat sendiri bagaimana perubahan sang istri. Kisah perihal lomba lari Rasulullah SAW dengan istrinya dikisahkan oleh Aisyah ra.
Saat itu, Rasul dan Aisyah yang masih gadis dan ramping tengah dalam perjalanan pulang dalam sebuah lawatan. Tiba-tiba, Nabi Muhammad SAW memerintahkan rombongannya untuk berjalan lebih dulu. Setelah rombongan itu meninggalkan keduanya, Rasulullah SAW kemudian mengajak Aisyah untuk lomba lari.
“Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan balasannya saya dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya membisu saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika saya sudah agak gemuk, saya ikut bersama ia dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan biar bergerak terlebih dahulu. Kemudian ia menantangku berlomba kembali. Dan balasannya ia dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad)
Ah, Rasulullah. Teladan mu sungguh membuat iri setiap wanita yang mendengar cerita ini. Semisal ketika ini ada suami yang berjaya, menjadi pemimpin besar dalam sebuah perusahaan, mustahil sekali mampu melaksanakan acara ini.
3. Memanjakan Istrinya
Tidak melulu dengan uang, Rasulullah SAW kerap memanjakan istri-istrinya dengan tindakannya. Rasulullah paham betul bagaimana memperlakukan istri-istrinya sebagai wanita yang perlu dihargai dan dikasihi.
Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyediakan daerah duduk yang empuk dari kain di belakang ia untuk Shafiyyah. Kemudian ia duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut ia dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut ia sehingga dia mampu menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)
Nabi saw biasa memijit-menjepit hidung ‘Aisyah jikalau ia marah dan ia berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni).
Coba jepit hidung istri ketika mereka sedang marah dan tetap bertutur dengan lembut! Bisa tidak?
4. Mandi Bersama
Rasulullah SAW merupakan pemimpin besar yang mampu saja luput akan romansa cinta. Namun pada kenyataannya, istrinya selalu menjadi harta terindah yang meski dengan kejayaan lain yang dimiliki. Salah satu acara Rasul yang mungkin jarang terjadi ketika ini yaitu mandi bersama. Dalam sebuah riwayat, mandi bersama dengan Siti ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan kolam yang sama.
Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu daerah air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.”
(HR Mutafaqun ‘alaih).
5. Mencari Kalung Aisyah yang Hilang
Pada suatu ketika Aisyah ikut dengan Rasulullah dan kaum mukmin melaksanakan perjalanan. Namun di tengah perjanalan Aisyah menyadari jikalau kalungnya hilang. Ternyata Nabi begitu memahami kekhawatiran istrinya. Rasulullah SAW dan rombongan bahkan rela bersusah payah mencari-cari kalung tersebut. Mereka harus tertahan di Dzatul Jaisy, untuk mencari kalung Aisyah.
Bayangkan begitu pengetiannya Rasulullah yang tidak ingin melihat istrinya duka alasannya kehilangan kalung. Tindakan Rasulullah ini bahkan sempat membuat marah rombongannya. Mereka kesal alasannya hanya kalung perjalanan mereka harus terhenti. Namun bagi Nabi, menemukan kalung tersebut memiliki arti yang begitu penting. Yakni, tidak ingin melihat istrinya bersedih.

EmoticonEmoticon