![]() |
| Ilustrasi (foto: JPNN) |
Memang bukan hal yang mudah menjadi eksekutor sebuah hukuman mati. Seperti yang dialami seorang anggota Brimob gelombang pertama pada 8 Januari lalu. Bagaimana perasaan mereka dikala menembak mati para terpidana?
Anggota Brimob itu mengisahkan pengalamannya dikala mengeksekusi terpidana mati. Menurutnya lebih mudah menarik pelatuk , daripada menyentuh korbannya langsung. Sang algojo harus mengikat badan terpidana mati di sebuah tiang dengan tali.
Seperti dilansir merdeka.com dari surat kabar The Guardian pekan lalu , ia mengatakan bahwa beban mental yang paling berat bagi petugas yaitu dikala mereka harus mengikat terpidana dibandingkan dengan menembak.
"Soalnya mereka bertanggung jawab untuk membawa terpidana dan mengikat kedua tangan mereka hingga jadinya mereka mati ," katanya.
Ditanya bagaimana perasaan mereka dikala menjadi algojo , ia mengatakan "Ini akan menjadi diam-diam seumur hidup."
Upah yang diberikan kepada seorang eksekutor juga tak besar , hanya Rp 1 ,3 juta untuk menjalankan peran ini. Namun , sebagai seorang Brimob , ia harus menjalankan tugasnya dan tidak punya pilihan lain.
sumber: merdeka.com

EmoticonEmoticon