Apakah ketika ini Anda sedang jatuh cinta? Jika benar, hal itu bukanlah hal yang salah, karena cinta ialah anugerah dari Tuhan SWT dan juga merupakan sebuah kewajiban untuk saling mencintai kepada sesama insan layakanya kepada sahabat dan keluarga.

Memang banyak yang menyatakan bahwa cinta menyerupai misteri. Tiba-tiba insan dapat jatuh cinta pada pandangan pertama, terkadang cinta tumbuh perlahan karena kedekatan atau karena mencicipi kebaikan.

Cinta pun tidak memandang situasi dan kondisi siapa yang merasakannya. Namun, bagaimana bila cinta tersebut hadir di dalam hati seorang wanita lajang kepada pria yang telah beristri? Bagaimana Islam memandang hal ini? Mari simak 5 hal berikut ini.

Pertama, perhatikan peluang. Cinta yang datang tidak selalu harus diperturutkan. Sebab meskipun cinta mampu datang tanpa diminta, insan diberikan pilihan untuk meredam atau memupuknya. Tuhan SWT berfirman, “maka Tuhan mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS. Asy Syams: 8).

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk mengikuti cinta tersebut, perhatikan peluangnya. Apakah mampu menuju pelaminan atau tidak. Pertimbangannya bagi kedua belah pihak tentu banyak sekali. Hal tersebut pun harus diputuskan secara menyeluruh.

Jika istrinya baiklah poligami dan pria tersebut memiliki pemahaman yang baik perihal poligami, engkau boleh memupuk cinta itu dan mengatakannya baik melalui wali atau secara pribadi sebagaimana seorang wanita pernah datang menghadap Rasulullah dan menyatakan ingin dinikahi.

Namun, bila seorang muslimah tahu secara pasti bahwa cinta itu takkan bermuara pada pernikahan, segera redam cinta itu. Kubur dalam-dalam. Sebab menyerupai kata Anis Matta dalam Serial Cinta, cinta antara pria dan wanita tanpa kesepakatan nikah ialah penderitaan.

Anis mengatakan, bahwa lupakan cinta jiwa yang tidak akan hingga di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.

Kedua, jangan nyatakan cinta bila merusak rumah tangga. Ketika wanita mencintai pria yang telah beristri, ia perlu mempertimbangkan masak-masak apakah akan menyatakannya atau tidak.

Perlu diketahui bahwa ada laki-laki yang cepat terpengaruhi dengan wanita lain, apalagi bila wanita itu menyatakan cinta kepadanya. Seperti kata pepatah, rumput tetangga terlihat lebih hijau. Dia mungkin terpengaruhi untuk mencoba sesuatu yang gres dalam cinta.

Jika hal itu mengakibatkannya menjalin korelasi haram atau membuat rumah tangganya rusak, maka dosa besar bagi wanita tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dan barang siapa yang merusak korelasi seorang istri dengan suaminya maka ia bukan termasuk dari golongan kami” (HR. An Nasai).

Ketiga, jangan dilanjutkan dengan pacaran. Jangan sekali-kali cinta kepada pria yang telah beristri membuat Anda terjerumus dalam pacaran. Misalnya Anda menyatakan cinta, pria itu juga cinta tetapi tidak berlanjut ke pernikahan.

Pacaran yang membuat pria dan wanita menjalin korelasi tidak halal, saling merayu dan bermesraan bahkan bersentuhan ialah hal yang diharamkan. Apalagi bila hal itu terjadi pada pria beristri. Maka keduanya sangat dilaknat oleh Tuhan SWT.

Sebagaimana zina bagi orang yang telah menikah hukumannya lebih berat daripada zinanya orang yang belum menikah, pacarannya orang yang telah menikah dosanya juga lebih besar daripada pacarannya orang yang belum menikah.

Seperti yang diriwayatkan oleh HR. Thabrani, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seseorang yang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.

Keempat, jangan dekati zina, apalagi berzina. Jika cinta tidak mampu bertemu dalam pelaminan, ujung-ujungnya ialah penderitaan. Mungkin penderitaan karena menahan luapan cinta, dan yang lebih parah ialah bila memperturutkannya dengan pacaran yang merupakan perbuatan mendekati zina.

Lebih parah lagi bila hingga selingkuh atau berzina. Dosanya menjadi jauh lebih besar. Begitu kejinya perbuatan zina, bila dalam perkara haram yang lain Tuhan sekedar melarangnya, dalam perkara zina Tuhan tidak hanya melarangnya tetapi juga melarang mendekatinya. Tuhan Azza wa Jalla berfirman:

“Dan janganlah kau mendekati zina; bergotong-royong zina itu ialah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-Isra’: 32).

Kelima, mendekat pada Tuhan dan banyak berdoa. Jika Anda meyakini cinta itu dari Allah, bergotong-royong Dia-lah yang kuasa mengaturnya. Cinta ialah pekerjaan hati dan hanya Tuhan yang Maha Menguasai hati.

Maka mendekatlah kepada Tuhan dengan memperbanyak ibadah dan berdoalah kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa, yakni “Ya Tuhan Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Tundukkan hati di hadapan-Nya, berserah diri-lah padaNya dengan khusyu’ berdoa bila tumbuh cinta yang engkau tak tahu bagaimana kelanjutannya. Semoga Tuhan memperlihatkan yang terbaik dan menjaga hati tetap dalam jalan yang diridhaiNya.


EmoticonEmoticon