Beribadah menjadi salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh manusia. Oleh karena itu banyak orang yang kemudian berlomba-lomba mengerjakan amalan kebaikan. Mulai dari rajin shalat, menuntut ilmu, membaca Al-Qur’an, aktif berdakwah menyiarkan aliran Islam.
Dengan melaksanakan perintah tersebut tentu saja kita akan diberikan pahala dan ganjaran kebaikan lainnya dari Yang Mahakuasa SWT. Bahkan orang yang gemar yang melaksanakan ibadah akan menerima kebaikan baik di dunia dan akhirat, salah satunya yaitu terhindar dari api neraka.
Akan tetapi, ternyata ada andal ibadah yang ketika di alam abadi tetap terkena azab dari Yang Mahakuasa dan bahkan menjadi penghuni neraka. Mengapa bisa demikian? Ternyata orang tersebut memiliki kedua sifat terlarang ini? Sifat apa yang dimaksud? Berikut informasi selengkapnya.
1. Riya’
Sifat pertama yang ternyata bisa menjerumuskan spesialis ibadah tetap menerima azab bahkan menjadi penghuni neraka yaitu karena mereka riya’. Kaprikornus semua amalan shaleh yang dilakukannya selama di dunia itu bukan untuk mencari ridha Allah, melainkan dilakukan karena ingin riya’ (pamer) dan mengharapkan kebanggaan dari manusia.
Padahal tulus menjalankan perintah Yang Mahakuasa menjadi salah satu cara supaya semua ibadah dapat diterima dan menerima ganjaran berupa kebaikan-kebaikan bahkan surganya Yang Mahakuasa Ta’ala. Sifat riya’ ini membuat seluruh amalan yang dilakukan selama ini hancur lebur tanpa menerima pahala sedikitpun.
Padahal Rasulullah SAW telah memberitakan sosok-sosok insan yang tertimpa nestapa di alam abadi kelak. Meskipun mereka yaitu andal ibadah akan tetapi Yang Mahakuasa tetap menawarkan azab kepadanya bahkan memasukkan mereka ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya insan pertama yang diadili pada hari selesai zaman yaitu orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Yang Mahakuasa bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga saya mati syahid.’ Yang Mahakuasa berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) supaya menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) yaitu seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Yang Mahakuasa menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta saya membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Yang Mahakuasa berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu supaya dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) supaya menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) yaitu orang yang diberikan kelapangan rezeki dan banyak sekali macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Yang Mahakuasa bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti saya melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Yang Mahakuasa berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang gemar memberi (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) supaya menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 1905).
Ayat dan hadist di atas menggambarkan betapa bahayanya apabila insan melaksanakan segala amalan kebaikan atas dasar riya’. Perbuatan yang demikian ini juga dilarang oleh Yang Mahakuasa dalam Al-Qur’an. Yang Mahakuasa Ta’ala berfirman.
“Hai orang-orang beriman, janganlah kau menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), ibarat orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada insan dan beliau tidak beriman kepada Yang Mahakuasa dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu ibarat kerikil licin yang di atasnya ada tanah, kemudian kerikil itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah beliau bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Yang Mahakuasa tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS Al Baqarah [2]: 264).
2. Mengungkit-Ungkit Kebaikan
Sifat selanjutnya yang ternyata bisa menjerumuskan andal ibadah menerima azab Yang Mahakuasa yaitu mereka yang mengungkit-ungkit ibadah. Bahkan orang yang gemar mengungkit-ungkit kebaikan yang telah dilakukannya akan dijauhkan dari surga dan tidak akan diajak bicara oleh Yang Mahakuasa pada hari kiamat. Mengungkit kebaikan juga bisa menyakiti perasaan orang lain yang ditolong dan tentu saja hal ini tidak baik bagi kekerabatan persaudaraan terhadap sesama.
Orang yang mengungkit kebaikan yang telah dilakukan biasanya juga memiliki sifat riya’. Oleh karena itu, riya’ harus dihindari karena dapat menjadi sumber kebangkrutan di hari akhir. Sifat dan huruf ini juga termasuk golongan orang-orang yang munafik. Yang Mahakuasa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Yang Mahakuasa akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka bangkit untuk shalat mereka bangkit dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Yang Mahakuasa kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisaa’ [4]: 142).
Demikianlah informasi mengenai dua sifat yang menimbulkan andal ibadah tetap terkena azab dari Yang Mahakuasa SWT ketika berada di alam abadi kelak. Oleh karena itu, hindarilah kedua sifat tersebut supaya amal ibadah yang kita lakukan mendatangkan kebaikan di dunia maupun akhirat.
Dengan melaksanakan perintah tersebut tentu saja kita akan diberikan pahala dan ganjaran kebaikan lainnya dari Yang Mahakuasa SWT. Bahkan orang yang gemar yang melaksanakan ibadah akan menerima kebaikan baik di dunia dan akhirat, salah satunya yaitu terhindar dari api neraka.
Akan tetapi, ternyata ada andal ibadah yang ketika di alam abadi tetap terkena azab dari Yang Mahakuasa dan bahkan menjadi penghuni neraka. Mengapa bisa demikian? Ternyata orang tersebut memiliki kedua sifat terlarang ini? Sifat apa yang dimaksud? Berikut informasi selengkapnya.
1. Riya’
Sifat pertama yang ternyata bisa menjerumuskan spesialis ibadah tetap menerima azab bahkan menjadi penghuni neraka yaitu karena mereka riya’. Kaprikornus semua amalan shaleh yang dilakukannya selama di dunia itu bukan untuk mencari ridha Allah, melainkan dilakukan karena ingin riya’ (pamer) dan mengharapkan kebanggaan dari manusia.
Padahal tulus menjalankan perintah Yang Mahakuasa menjadi salah satu cara supaya semua ibadah dapat diterima dan menerima ganjaran berupa kebaikan-kebaikan bahkan surganya Yang Mahakuasa Ta’ala. Sifat riya’ ini membuat seluruh amalan yang dilakukan selama ini hancur lebur tanpa menerima pahala sedikitpun.
Padahal Rasulullah SAW telah memberitakan sosok-sosok insan yang tertimpa nestapa di alam abadi kelak. Meskipun mereka yaitu andal ibadah akan tetapi Yang Mahakuasa tetap menawarkan azab kepadanya bahkan memasukkan mereka ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya insan pertama yang diadili pada hari selesai zaman yaitu orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Yang Mahakuasa bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga saya mati syahid.’ Yang Mahakuasa berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) supaya menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) yaitu seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Yang Mahakuasa menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta saya membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Yang Mahakuasa berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu supaya dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) supaya menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) yaitu orang yang diberikan kelapangan rezeki dan banyak sekali macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Yang Mahakuasa bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti saya melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Yang Mahakuasa berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang gemar memberi (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) supaya menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 1905).
Ayat dan hadist di atas menggambarkan betapa bahayanya apabila insan melaksanakan segala amalan kebaikan atas dasar riya’. Perbuatan yang demikian ini juga dilarang oleh Yang Mahakuasa dalam Al-Qur’an. Yang Mahakuasa Ta’ala berfirman.
“Hai orang-orang beriman, janganlah kau menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), ibarat orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada insan dan beliau tidak beriman kepada Yang Mahakuasa dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu ibarat kerikil licin yang di atasnya ada tanah, kemudian kerikil itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah beliau bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Yang Mahakuasa tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS Al Baqarah [2]: 264).
2. Mengungkit-Ungkit Kebaikan
Sifat selanjutnya yang ternyata bisa menjerumuskan andal ibadah menerima azab Yang Mahakuasa yaitu mereka yang mengungkit-ungkit ibadah. Bahkan orang yang gemar mengungkit-ungkit kebaikan yang telah dilakukannya akan dijauhkan dari surga dan tidak akan diajak bicara oleh Yang Mahakuasa pada hari kiamat. Mengungkit kebaikan juga bisa menyakiti perasaan orang lain yang ditolong dan tentu saja hal ini tidak baik bagi kekerabatan persaudaraan terhadap sesama.
Orang yang mengungkit kebaikan yang telah dilakukan biasanya juga memiliki sifat riya’. Oleh karena itu, riya’ harus dihindari karena dapat menjadi sumber kebangkrutan di hari akhir. Sifat dan huruf ini juga termasuk golongan orang-orang yang munafik. Yang Mahakuasa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Yang Mahakuasa akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka bangkit untuk shalat mereka bangkit dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Yang Mahakuasa kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisaa’ [4]: 142).
Demikianlah informasi mengenai dua sifat yang menimbulkan andal ibadah tetap terkena azab dari Yang Mahakuasa SWT ketika berada di alam abadi kelak. Oleh karena itu, hindarilah kedua sifat tersebut supaya amal ibadah yang kita lakukan mendatangkan kebaikan di dunia maupun akhirat.

EmoticonEmoticon