Nabi merupakan utusan Yang Mahakuasa yang tidak berkewajiban memberikan wahyu kepada umat. Tugas ini berbeda dengan 25 utusan Yang Mahakuasa lainnya, yang harus memberikan firman Yang Mahakuasa kepada para pengikutnya.

Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat mengatakan bahwa Nabi yang diutus ke dunia berjumlah 124 ribu orang. Mereka mendapat kelebihan masing-masing dari Yang Mahakuasa sebagai mukjizat. Salah satu Nabi berikut ini pernah melaksanakan di luar nalar.

Ia bisa menahan matahari ketika berada dalam kondisi perang. Akhirnya, kondisi terperinci menjadi lebih lama, matahari juga tertahan sehingga petang tidak kunjung menjelang. Siapakah Nabi tesebut dan bagaimana sampai Ia bisa memenangkan perang? Berikut kisahnya.

Nabi tersebut berjulukan Yusya’ bin Nun, salah seorang nabi yang berasal dari kalangan Bani Israil. Dalam hidupnya, Nabi Yusya’ menyertai hidup Nabi Musa as dan mengerjakan perkara-perkara besar. Kisahnya berawal ketika Yusya sang Panglima Perang ingin merebut sebuah desa. Ia melatih prajuritnya dengan banyak sekali strategi.

Nabiyullah Yusya’ pada ketika persiapannya menuju kota yang hendak ditaklukkan beliau berusaha biar pasukannya menjadi pasukan yang besar lengan berkuasa dan tangguh. Oleh karenanya, beliau menyortir prajurit-prajurit yang bisa menjadi biang kekalahan, alasannya hati mereka lebih disibukkan oleh perkara dunia yang membelenggu hati dan pikiran mereka. Yusya’ mengeluarkan tiga kelompok prajurit yang tidak dizinkan untuk pergi berperang.

Pasukan yang ada ini kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama yaitu mereka yang sudah berakad nikah namun belum menyentuh istri. Kelompok kedua yaitu orang yang sibuk membangun rumah dan belum menyelesaikan bangunannya. Sedangkan kelompok yang ketiga yaitu mereka yang sedang menantikan kelahiran unta atau domba yang tengah bunting.

Namun ketiga kelompok ini justru dikeluarkan dari rombongan. Nabi Yusya’ tidak ingin pasukannya sibuk hati memikirkan apa yang ditingggalkannya. Baginya, tidak penting kuantitas, namun bagaimana mereka yang berperang ini memiliki kualitas yang bagus.

Pasukan terpilih balasannya berangkat menuju kota yang akan ditakhlukan pada hari Jumat menjelang Ashar.Dengan kondisi ini, tentu waktu tidak terlalu banyak untuk bisa memenangkan perang. Karena Yusya’ berfikir, akan sangat sulit baginya dan pasukan menang ketika malam hari.

Terlebih, ketika itu yaitu Jumat sehingga ketika matahari terbenam maka harus mengehentikan perang alasannya esoknya Sabtu dan perang di hari Sabtu hukumnya haram bagi Bani Israil.

Jika ada waktu untuk berhenti perang, tentu musuh akan berbenah diri dan bisa mempersiapkan persenjataan. Nabi Yusya’ ketika itu menghadap matahari, Ia kemudian berdoa kepada Yang Mahakuasa biar matahari tidak terbenam. Ia berkata kepada matahari

“Kamu diperintakan saya juga diperintahkan.” Kemudian Yusya’ berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tahanlah ia untuk kami.” Ternyata sangat mudah bagi Yang Mahakuasa untuk mengabulkan usul ini dan Dia menunda terbenamnya  matahari sampai kemenangannya diwujudkan Yusya dan pasukannya. Yusya bisa membuat matahari tertahan untuk tidak terbenam, namun hanya dengan kuasa Yang Mahakuasa SWT melalui doanya.

Kisah ini diceritakan Nabi Muhammad SAW.  Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Salah seorang Nabi berperang. Dia berkata kepada kaumnya, ‘Jangan mengikutiku orang yang menikahi wanita sementara beliau hendak membangun rumah tangga dengannya dan beliau belum membangunnya dengannya, dan tidak juga seorang yang membangun rumah tapi belum melengkapi atapnya. Tidak pula orang yang telah membekali kambing atau unta betina yang bunting sementara beliau menunggu kelahirannya.’ Lalu nabi itu berperang. Dia mendekati sebuah desa pada waktu shalat ashar atau akrab waktu ashar.  Maka beliau berkata kepada matahari, ‘Sesungguhnya kau diperintahkan dan akupun diperintahkan. Ya Allah, tahanlah matahari untuk kami.’ Matahari tertahan dan mereka meraih kemenangan. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam kisah tersebut diceritakan juga bagaimana pasukan dari Yusya menggelapkan harta rampasan perang. Memang, umat terdahulu tidak diperbolehkan menggunakan harta rampasan perang. Hanya umat Nabi Muhammad SAW yang diperbolehkan Yang Mahakuasa untuk menggunakannya. Sementara pada umat-umat sebelumnya, harta rampasan perang harus dikumpulkan kemudian akan diturunkan api dari langit untuk membakarnya.

“Lalu beliau mengumpulkan harta rampasan perang. Maka datanglah api untuk melahapnya tetapi ia tidak bisa memakannya. Nabi itu berkata, ‘Ada di antara kalian yang menggelapkan harta rampasan perang, hendaknya dari masing-masing kabilah ada satu orang yang membaitku.’ Maka tangan seorang laki-laki menempel dengan tangannya dan beliau berkata, ‘Kalian menggelapkan rampasan perang.’ Maka mereka datang menyerahkan emas sebesar kepala sapi. Mereka meletakannya lalu datanglah api dan memakannya. Kemudian Yang Mahakuasa menghalalkan harta rampasan perang bagi kita. Dia mengetahui kelemahan dan ketidakmampuan kita, maka  Dia menghalalkannya untuk kita.” (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga isu ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita perihal Islam. Terimakasih sudah membaca.

Sumber: Buku “Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa”, DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Pustaka Yassir  


EmoticonEmoticon