Heboh perihal ditemukanya tengkorak kristal yang diperoleh seorang petualang dari biara kuno suku Maya telah menyebabkan banyak sekali kontroversi.
Kristal kuarsa sebagai materi dasar dan juga teknologi pengolahan kristal yang kekerasannya menyamai batu, menjadi tidak masuk logika apabila tengkorak tersebut yaitu hasil buatan insan kuno.
Mitchell-Hedges yaitu petualang dan juga penulis ternama dari era pertengahan asal Inggris, yang mengklaim telah menemukan tengkorak yang terbuat dari materi kristal dalam penjelajahannya ke reruntuhan biara peninggalan suku Maya pada tahun 1920.
William Henry Holmes seorang arkeolog dari "Smithsonian Archeology" membuat artikel untuk menguak kontroversi seputar tengkorak kristal tersebut. Disebutkan dalam artikel tersebut bahwa pada era ke 19 ditengah maraknya perdagangan barang seni dan barang antik di Meksiko, terdapat seorang pedagang barang antik yang tersohor dengan koleksi benda-benda kristalnya.
Eugène Boban, seorang penjual barang antik asal Mexico yang membuka toko di Paris pada tahun 1870, yaitu orang yang paling terkait dengan koleksi museum era ke-19 seputar tengkorak kristal. Sebagian besar koleksi Boban, termasuk tiga tengkorak kristal, telah dijual ke etnograf Alphonse Pinart, yang kemudian menyumbangkan sebagian koleksinya ke Museum Trocadéro, yang kemudian dikenal sebagai Musée de l'Homme.
Meskipun misteri mengenai asal muasal eksistensi tengkorak kristal tersebut telah terkuat namun, kehalusan karya kristal dari era pertengahan ini juga merupakan misteri yang lain lagi. Bahan kristal yang keras membutuhkan teknologi modern untuk dapat mengasah, mengukir maupun menghaluskannya.
Dan menyerupai halnya pedagang benda seni lainnya Boban juga tidak membeberkan sumber dari barang-barang antik koleksinya. Sehingga dari mana asal barang tersebut dan dengan teknologi apa benda tersebut, menjadi misteri yang dibawa mati oleh sang pedagang.
EmoticonEmoticon